Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi

Bom atom Hiroshima (kiri), dan Nagasaki (kanan)

Pada 9 Agustus 1945 tiga tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Rajiman Widiodiningrat berangkat ke Saigon untuk memenuhi panggilan Panglima Tertinggi Jenderal Terauchi Hisaichi. Dalam pertemuan di Dalat pada 11 Agustus 1945 disampaikan keputusan Jenderal kepada tiga tokoh Indonesia, yaitu Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia, membentuk Dokuritzu Junbi Inkai (PPKI), dan menentukan wilayah Indonesia adalah bekas jajahan Hindia Belanda.

Keadaan Jepang yang terus terdesak mengakibatkan pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Menyerahnya Jepang kepada Sekutu tidak disampaikan pada bangsa Indonesia, sehingga penyerahaan ini tidak banyak diketahui oleh rakyat Inonesia. Berita kekalahan Jepang yang terdengar oleh pemuda Bandung melalui siaran berita BBC London disebarkan kepada satuan pemuda dan anggota PETA di Jakarta.

Setelah mendengar berita tersebut, para pemuda di Jakarta mengadakan rapat di Laboraturium Mikrobiologi yang dipimpin oleh Khaerul Saleh. Rapat tersebut memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan pada bangsa lain atau kerajaan lain, terutama Jepang. Oleh sebab itu, mereka mendesak agar Soekarno-Hatta memutuskan hubungan dengan Jepang dan secepatnya memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mengutus Darwis dan Wikana untuk menyampaikan usulannya pada Soekarno-Hatta.

Usulan para pemuda mengenai kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan bangsa Indonesia sendiri disampaikan pada Soekarno-Hatta, sebagai wakil golongan tua. Golongan pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan diluar PPKI, tetapi usula ini ditolak oleh Soekarno-Hatta. Menurut Soekarno, apa yang diusulkan oleh para pemuda tidak bisa dipertnggungjawabkan. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan harus dibicarakan memalui sidang PPKI, bahkan Moh. Hatta dalam dialognya dengan Ahmad Soebarjo mengatakan “ Masalah kemerdekaan Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau atas perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak menjadi masalah karena Jepang sudah kalah”. Karena tidak terjadi kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda, golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.

Tokoh Rengasdengklok

Dalam peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dibawa oleh golongan muda yang terdiri dari Soekarni, Jusuf Koento, dan Cudanco Singgih pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 dengan alasan mengamankan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang. Di Rengasdengklok terjadi perdebatan cukup sengit mengenai kemerdekaan Indonesia. Soekarno-Hatta tetap tidak akan memproklamasikan kemerdekaan sebelum Jepang membuat pernyataan tertulis mengenai kekalahannya. Namun, sikap Soekarno-Hatta berubah setelah Acmad Seobarjo datang dan menyakinkan bahwa Jepang memang sudah menyerah kalah kepada sekutu.

Soekarno-Hatta akhirnya berjanji bahwa secepatnya akan memerdekakan Indonesia tanpa menunggu izin dari pemerintah Jepang. Setelah itu, dengan Achmad Soebarjo sebagai jaminannya, Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945 menjelang malam hari dibawa pulang ke Jakarta untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan. Setibanya di Jakarta, Soekarno-Hatta dibawa ke rumah Laksmana Muda Tadashi Maeda, seorang perwakilan Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Di rumah Laksmana Maeda sudah berkumpul anggota PPKI dan pemimpin Gerakan Pemuda yang sudah siap membahas proklamasi kemerdekaan Indonesia. Persiapan proklamasi kemerdekaan diadakan di rumah Laksmana Maeda karena untuk menghindari kecurigaan tentara Jepang.

Perumusan Naskah Proklamasi Setelah kembali dari Rengasdengklok, Soekarno segera menemui Laksmana Maeda yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Laksmana Maeda mengizinkan rumahnya untuk dijadikan tempat penyusunan naskah proklamasi. Sebelum pertemuan diadakan, Soekarno-Hatta menemui Mayjen Nisyimura untuk mengetahui sikap pemerintah Jepang mengenai proklamasi kemerdekaan. Setelah menyerah kepada Sekutu, ternyata Jepang bertugas menjaga kekosongan (status quo) di Indonesia yang akan diserahkan kepada Sekutu. Sikap itulah yang mengakibatkan Soekarno-Hatta sepakat akan memproklamasikan kemerdekaan, terlepas dari pengaruh Jepang. Penyusunan naskah proklamasi selesai pada 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, naskah tersebut ditulis tangan oleh Ir. Soekarno, setelah itu dibacakan dihadapan para pemimpin bangsa Indonesia yang hadir waktu itu.

Setelah selesai pembacaan, seluruh peserta yang hadir disarankan ikut menanda-tanganinya, tetapi Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi hanya ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya, usul tersebut diterima oleh semua pihak.

Rumah Laksamana Tadashi Maeda

Naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir.soekarno, setelah diadakan beberapa perubahan, diketik oleh Sayuti Melik. Perubahan diantaranya adalah tempoh menjadi tempo, wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsaa Indonesia, dan Djakarta 17-08-05 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8 tahoen 05. Kemudian naskah yang telah diketik oleh Sayuti Melik ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia, naskah tersebut dinamakan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang autentik.

Setelah selesai menyusun naskah proklamasi, pembicaraan berikutnya adalah mengenai tempat dibacakannya naskah proklamasi. Soekarni mengusulkan agar proklamasi dibacakan di lapangan Ikada, tetapi usul ini ditolak dengan alasan keamanan karena dikhawatirkan terjadi bentrok dengan tentara Jepang. Atas usul dari Ir. Soekarno, proklamasi dibacakan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur no. 56, Jakarta Pusat. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dilaksanakan di rumah Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Upacara ini dimulai pukul 10,00 WIB, disusun dengan sangat sederhana, tetapi dilaksanakan dengan penuh khidmat. Setelah pembacaan proklamasi oleh Ir, Soekarno, dikibarkan bendera pusaka yang dijahit Ibu Fatmawati. Pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat. Pada saat pengibaran bendera, peserta yang hadir serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno secara tegas dan mantap. Dengan dibacakan naskah proklamasi, berarti bangsa Indonesia yang selama ratusan tahun dijajah bangsa asing berubah menjadi bangsa merdeka, memiliki derajat yang sama dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.

Makna Proklamasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia

Naskah proklamasi yang sangat singkat memiliki makna yang sangat besar bagi sejarah perkembanga bangsa Indonesia. Kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya” mengandung makna pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bebas menentukan pemerintahan sendiri. Kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia merupakan tanda dimulainya suatu revolusi, dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka.

Kalimat kedua yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lainlainnya, diselengarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”, mengandung makna bahwa telah tarjadi pemindahan kekuasaan dari penjajah ke bangsa Indonesia dalam waktu yang singkat. Setelah proklamasi bangsa Indonesia dapat membentuk negara sendiri, untuk mengatur kekuasaannya.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan jembatan emas untuk mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera, adil, dan makmur. Oleh sebab itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia.