Kehidupan Awal Manusia Indonesia

Kehidupan Awal Manusia Indonesia. Kehidupan manusia diperkirakan dimulai ratusan ribu tahunan yang lalu. Karena belum mengenal tulisan, manusia masa praaksara meninggalkan benda peninggalan sejarah berupa bangunan, fosil dan peralatan.

  • Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Sistem Sosial

Kehidupan sosial budaya dan ekonomi masa berburu dan mengumpulkan makananmanusia purba ditandai dengan cara kehidupan kelompok masyarakat kecil. Merekahidup berpindah-pindah (nomaden) karena kehidupannya masih sangat bergantungpada alam. Apabila daerah yang lama mulai menipis atau habis persediaan makanannya,mereka akan segera mencari tempat atau daerah baru guna mendapatkan sumbermakanan.

Sebagian besar aktivitas hidup manusia purba terutama ditujukan pada pemenuhankebutuhan makanan dengan cara berburu dan mencari umbi-umbian menggunakan alat-alat perkakas yang masih sangat sederhana. Dalam pencarian makanannya,diperkirakan manusia purba bergerak tidak jauh dari sumber-sumber air. Misalnya,sumber air, sungai, dan danau. Tempat tersebut memiliki berbagai jenis ikan, kerang,dan menjadi tempat berkumpul binatang buruan.

Pada kelompok manusia purba, laki-laki bertugas mencari binatang buruan, sedangkanperempuan bertugas memelihara anak-anak, mengumpulkan makanan, dan memasak.Meskipun penggunaannya belum jelas, kemungkinan api sudah mulai dikenal olehmanusia purba pada masa ini. Kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makananberlangsung pada masa Batu Tua (Palaeolithikum) pada zaman Kala Plestosen. Parapendukung kebudayaan zaman Batu Tua diperkirakan berasal dari makhluk MeganthropusPalaeojavanicus, Pithecanthropus, dan manusia jenis homo.

  • Sistem Seni Budaya

Pada masa berburu dan mnegumpulkan makanan tingkat lanjut ternyata telahmenghasilkan budaya yang belum pernah ada pada masa sebelumnya seperti lukisanlukisandi dinding gua dan karang bekas tempat tinggal mereka. Menurut Marwati JonedPusponegoro, di Indonesia, penemuan lukisan-lukisan tersebut tersebar di daerahSulawesi Selatan, Kepulauan Maluku dan Pulau Irian (Papua). Di Leang-Leang, SulawesiSelatan, C.H.M Heeren Palm pada tahun 1950 menemukan lukisan pada sebuah dindinggua berupa cap-cap tangan yang jari-jarinya direntangkan dan ditaburi cat warna merah.

Di gua tersebut Van Heekeren juga menemukan lukisan seekor babi hutan yang sedangmelompat dengan panah di bagian jantungnya. Babi hutan tersebut digambarkan dengangaris-garis warna merah. DI tempat-empat lain lukisan pada dinding-dinding karang dangua-gua menggunakan warna hitam, putih dan warna merah.

Sumber inspirasi dari lukisan-lukisan itu adalah cara hidup mereka pada waktu ituyang masih tergantung pada alam sektarnya akibat kehidupannya yang masih dalamtaraf berburu serta mengumpulkan makanan. Dengan demikian, lukisan tersebutmenggambarkan kehidupan sosial ekonomi dalam alam kepercayaan masyarakat waktuitu. Selain, itu lukisan-lukisan tersebut juga mengandung nilai-nilai estetika dan magisyang bertalian dengan totem dan upacara-upacara yang belum diketahui dengan jelas.

  • Sistem Religi

Gambaran sistem kepercayaan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkanmakanan, selain dapat diketahui dari lukisan-lukisan di dinding gua dan karang, jugadiketahui dari tata cara upacara penguburan mayatnya.Dari tata cara penguburan dapat diketahui di antara mayat-mayat itu ada yang ditaburidengan butiran cat warna merah. Diduga cat-cat merah tersebut berhubungan dengansuatu upacara penguburan agar dapat memberikan kehidupab baru di alam baka. Buktibuktiadanya tata cara penguburan tersebut pernah ditemukan di Gua Lawa (daerahSampung, Ponorogo), dan di Gua Sodong serta di bukit kerang di Sumatera Utara. Buktiadanya penguburan pada masa berburu tersebut membuktikan bahwa pada masa itu sudah ada anggapan tertentu mengenai kematian.

Manusia purba menganggap bahwa orang yang telah meninggal akan pindah ke alambaka, namun masih tetap dapat berhubungan dengan orang yang masih hidup. Adanyakeyakinan tersebut mendorong upaya-upaya untuk tetap menghormati orang yangtelah meninggal tersebut dalam bentuk penghormatan terhadap arwah atau rohnya.

Sebenarnya inti dari kepercayaan manusia pada masa pra sejarah adalah pemujaandan penghormatan kepada roh orang yang telah meninggal, terutama kepada roh nenekmoyang.

  • Masa bercocok Tanam
  • Sistem Sosial

Pada zaman ini, kehidupan manusia praaksara sudah beralih dari berburu danmengumpulkan makanan (hunting and food gathering) ke cara hidup menghasilkanmakanan (food producing). Adanya kemampuan menghasilkan makanan tersebutmenununjukkan bahwa manusia purba sudha menetap secara permanen.

  • Kehidupan Ekonomi

Karena pertambahan penduduk yang menyebabkan jumlah tenaga kerja meningkatmaka bidang pertanian berkembang pesat. Pada bidang pertanian masyarakat mulaimenanami lahan pertanian dengan berjenis-jenis tanaman, seperti umbi-umbian danbuah-buahan lainnya seperti biji-bijian, padi-padian, dan syur-sayuran. Namun, selainbercocok tanam manuia purba juga beternak.

  • Perkembangan Teknologi

Peralatan hidup yang masih dijumpai saat ini dari masa bermukim dan bercocok tanamadalah

  1. Beliung Persegi
  2. Kapak Lonjong
  3. Kapak Panah
  4. Gerabah dan Perhiasan
  • Sistem kepercayaan
  • Animisme

Animisme adalah kepercayaan bahwa roh (jiwa) itu tidak hanya berada pada makhluk hidup, tetapi juga pada benda-benda tertentu. Roh-roh itu dapat berbuat baik, tetapi dapat berbuat jahat. Agar roh itu tidak berbuat jahat, manusia perlu memujanya sambil memberi sesaji.

  • Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan gaib yang terdapat pada bendabenda tertentu. Misalnya pada pohon, batu besar, gungung, gua, senjata dan jimat. Mereka meranuh hormat dan memuja benda-benda tersebut. Praktek religi dan kepercayaan berupa pemujaan arwah para leluhur masih dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia. Misalnya suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktekkan ritual-ritual animisme dan dinamisme warisan nenek moyang.

Kegiatan keagamaan dalam bentuk upacara adat seperti pemujaan roh leluhur tersebut dianggap sebagai aliran kepercayaan. Misalnya, tradisi kepercayaan Megalithikum masyarakat Nias, tradisi kepercayaan masyarakat Siberut, tradisi kepercayaan Badui, tradisi kepercayaan Sakdan Toraja, tradisi kepercayaan masyarakat suku Wana, tradisi kepercayaan Marapu masyarakat Sumba, dan tradisi kepercayaan masyarakat Asmat di Papua.

  • Masa Perundagian
  • Kehidupan Sosial dan Budaya

Masyarakat pada masa bermukim dan bercocok tanam telah hidup menetap dan teratur. Masyarakat itu kemudian makin maju setelah mengenal logam.Kemempuan mengerjakan logam menambah kemampuan masyarakat tersebut. Banyak peralatan manusia menjadi makin sempurna dan berkembanglah masa perundaguan (pertukangan). Dalam mas perundagian, masyarakat memiliki kemahiran dalam mengolah logam.

Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Peralatan logam antara lain: kapak peruggu, nekara perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, perhiasan perunggu, dan barang-barang dari besi. Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus. Tempat untuk mnegolah logam dinamakan perundagian dan orang yang mengerjakan pengolahan logam disebut undagi.

  • Perkembangan Teknologi

Pada masa ini telah ditemukan suatu campuran antara timah putih dan tembaga yang menghasilkan perunggu. Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kira-kira 3000-2000 sebelum Masehi. Di Indonesia penggunaan logam logam perunggu baru dimulai beberapa abad sebelum masehi. Namun, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, di Indonesia tidaak pernah mengenal alat-alat tembaga, dan hanya mengenal alat alat dari perunggu dan besi saja. Sedangkan untuk perhiasan, selain dari perunggu juga dikenal emas. Penggunaan alat-alat dari logam tidak terjadi secara menyeluruh dalam waktu yang bersamaan, tetapi secara bertahap. Sementara alat-alat dari logam mulai banyak dipakai orang, namun alat-alat dari batu seperti beliung dan kapak batu juga tetap digunakan. Alat-alat batu berangsur-angsur mulai ditinggalkan setelah pengetahuan tentang pembuatan alat-alat dari logam mulai dikenal secara luas.

Pada masa perundagian yang bersamaan dengan munculnya zaman logam. Muncul kemahiran yaitu kepandaian melebur dan menuang logam ke dalam cetakan. Pada saat itu dikenal adanya dua macam teknik atau cara yaitu teknik cetakan setangkap (bivalve) serta cetakan lilin ( acire perdue).

  • Sistem Kepercayaan

Masyarakat pada masa perundagian juga masih mempercayai akan adanya kekuatan roh nenek moyang, dan juga percaya akan adanya kekuatan animisme serta dinamisme. Animisme adalah suatu kepercayaan yang meyakini adanya suatu roh atau jiwa yang melekat pada benda-benda, baik pada benda hidup atau mati.

Menurut kepercayaan purba, bahwa roh atau jiwa itu terdapat disekeliling manusia dan juga menjadi roh pelindung baik di rumah, desa, ladang, hutan, sungai gunung, dan sebagainya. Orang-orang yang berhubungan dengan mereka, diajak berbicara, dan bergaul. Namun tidak semua roh itu baik, ada pula yang jahat. Menurut kepercayaan mereka, roh yan gbaik dapat dijadikan sahabat (teman), sedangkan yang jahat harus diperangi atau dilawan.

Rangkuman

  1. Di Indonesia penggunaan logam untuk pembuatan peralatan hidup diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi. Berdasarkan temmuan-temuan arkeologis, manusia purba di Indonesia hanya mengenal alat-alat dari perunggu dan besi.
  2. Teknik bivalve atau teknik setangkup adalah teknik cetakan dengan menggunakan dua alat cetak yang dijadikan satu dan dapat ditangkupkan.