Ragam Manusia Purba di Dunia

Manusia purba adalah manusia yang hidup di zaman pra sejarah, dimana pada zaman tersebut manusia-manusia belum mengenal tulisan. Banyak sekali temuan-temuan manusia pra sejarah yang ditemukan oleh para ahli. Mereka mengadakan penelitian-penelitian dan juga penggalian di tempat-tempat yang menjadi tempat tinggal manusia purba itu sendiri. Manusia purba tersebar di berbagai belahan dunia.

Manusia purba, hidup pada zaman pra sejarah, di mana masa manusia belum mengenal tulisan. Jejak manusia purba ini ditemukan oleh para ahli di berbagai tempat di belahan dunia, yakni Afrika, Asia dan Eropa. Banyak temuan fosil manusia purba di Afrika yang diperkirakan hidup lebih awal di jaman pra sejarah dan menyebar ke berbagai wilayah, di bandingkan dengan hasil temuan di tempat lain.

  1. Manusia purba di Afrika

Afrika dikenal juga dengan sebutan benua hitam, banyak ditemukan jejak awal munculnya manusia purba. Berbagai penumuan jenis manusia purba tersebut, memilii perbedaan masa hidup dan ciri fi siknya. Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di benua Afrika, antara lain sebagai berikut dibawah ini.

  1. Australopithecus afarensis

Jenis manusia purba Australopithecus afarensis di temukan pada tahun 1999 di lembah Aftar, oleh seorang paleoantropolg dari Etopia yang bernama Zeresenay (dalam Ratna Hapsari, 2017:141). Hasil dari penggalian pencarian jejak manusia purba ditemukan tengkorak bayi dalam bentuk yang sempurna. Oleh penemunya, tengkorak tersebut diyakini sebagai hominidae kecil, setelah mengamati ciri fisik bahwa fosil yang ditemukan memiliki ukuran tengkorak yang masih kecil dan memiliki kening serta gigi yang lembut. Keyakinan ini semakin kuat setelah ditemukan tulang iga yang kecil, tulang belakang yang berlubang, serangkaian gigi susu, gigi dewasa dan yang paling menarik ditemukan juga tulang hyoid yang memiliki fungsi penting terhadap kemampuan berbicara

  • Australopithecus africanus

Manusia purba dari jenis yang berbeda yang ada di Afrika adalah Australopithecus africanus yang dapat diartikan kera dari Afrika Selatan. Pada tahun 1924, Raymond Dart (dalam Ratna Hapsari,2017:141) seorang guru besar dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan menemukan pecahan tengkorak dan rahang bagian bawah manusia purba disebuah pertambangan kapur di Tanjung Harapan (Botswana). Fosil tersebut diperkirakan berusia 5-6 tahun dan diberi nama Australophitechus africanus. Manusia yang menyerupai kera ini diperkirakan hidup pada sekitar 3 hingga 2 juta tahun yang lalu. Memiliki tinggi 1,5 meter serta dapat berdiri dengan dua kaki dengan volume otak antara 450-600 cc. Masih hidup secara nomaden dan banyak hidup di hutan-hutan lembab Afrika

  • Ardipithecus ramidus

Pada tahun 1994, Ehite dkk , menemukan fosil manusia purba di Afrika Timur. Awalnya, penemuan tersebut dimasukkan dalam genus Australopithecus dengan sebutan ramidus. Namun White dkk, menempatkan penemuaan Ehite tersebut ke dalam genus baru yaitu Ardipithecus ramidus. Hal ini disebabkan karena ramidus memiliki perbedaan yang sangat besar dengan semua kelompok Australopithecus.

Ardipithecus ramidus mengkonsumsi buah daun dan juga biji-bijian. Ciri-ciri Ardipithecus ramidus memiliki posisi foramen magnum yang ada didepan tengkorak bagian bawah, gigi seri paling atas relative lebih kecil dari pada gigi bagian belakang, gigi taring bagian bawah dan atas relative lebih besar. Ukuran tubuhnya rata-rata lebih kecil daripada ukuran tubuh Australopithecus afarensis.

  • Australopithecus robustus

Paleontology Robinson dan Robert Broom (dalam Ratna Hapsari, 2017:141) menemukan fosil yang sama seperti Australopithecus africanus ,hanya saja memiliki postur rubuh yang lebih besar. Makhluk tersebut diberi nama Australophitecus robustus. Makhluk tersebut hidup 2 hingga 1,5 juta tahun yang lalu, ciri-cirinya memiliki tulang rahang dan gigi yang kuat, wajah datar ,tulang alis dan volume otaknya 525 cc. Selain itu juga ditemukan Australophitecus boisei yang mempunyai ciri mirip Australophitecus robustus. Menurut para paleontology kemungkinan berasal dari jenis yang sama tetapi ditemukan ditempat yang berbeda.

  • Homo rhodesiensis atau Homo africanus

Homo rhodesiensis adalah spesies hominin yang dideskripsikan dari fosil Manusia Rhodesian. Sisa fosil mereka berusia 300.000-125.000 tahun yang lalu pada zaman Pleistosen. Fosil spesies ini ditemukan pada tahun 1021 oleh Tom Zwiglaar di Rhodesia Utara yang diperkirakan 5-6 tahun.

Ciri-ciri Homo rhodesiensis adalah mempunyai volume orak 435-530cm3, gigi geraham depan bagian bawah mempunyai dua puncak, tangannya relative panjang dan tulang jarinyaagak melengkung. Cara berpakaian dan peralatan yang digunakan untuk perburu dan bekerja sudan lumayan maju.

Homo rhodesiensis merupakan nenek moyang bangsa Afrika dari ras Negroid Hidup pada 300.000-125.000 lalu, diperkirakan mempunyai karakteristik kehidupan lebih maju dibandingkan Australopithecus Africanus.

  • Manusia purba di Asia
  • Sinanthropus pekinensis atau pithecanthropus pekinensis

Sebagian peneliti, menyebut Sinanthropus pekinensis atau manusia Peking (yang sekarang ini menjadi Kota Beijing) dengan Homo pekinensis. Penemu fosil Sinanthropus pekinensis adalah Davidson Son Black dan Franz Wasdenreich pada tahun 1929 – 1980 (dalam Ratna Hapsari, 2017:1450. Diperkirakan manusia ini hidup sekitar 200.000-400.000 tahun yang lalu di Gua Chou Kou Tien yang berlokasi 40 km dari Beijing. Struktur tubuhnya menyerupai pithecanthropus erectus yaitu mereka mirip seperti kera tetapi berjalan seperti manusia dengan volume otak antara 900-1.200cc yang sudah mendekati otak manusia sekarang yaitu 1.400cc.

  • Sinanthropus lantianensis

Seorang arkeolog yang bernama Woo Ju Kang pada tahun 1963 menemukan fosil manusia purba Sinanthropus lantianensis di Lantian Country Cina bagian barat laut, yang kemudian baru dipublikasikan pada tahun 1964. Sinanthropus lantianensis di sebut juga dengan Homo erectus lantianensis, diperkirakan hidup sekitar 800.000 tahun yang lalu. Memiliki ciri fi sik yakni memiliki ukuran tubuh lebih kecil, tulang kening lebih menonjol , mulut menjorok kedepan, otak Sinanthropus lantianensis lebih maju dari Meghantropus dan juga Pithecantropus.

Dalam lokasi temuan Sinanthropus lantianensis banyak terdapat artefak seperti batu dan abu. Temuan ini menandakan bahwa Sinanthropus lantianensis sudah memiliki kemampuan menggunakan peralatan dan membuat api.

  • Manusia Purba di Eropa
  • Homo heidelbergensis

Keberadaan manusia purba di Eropa, teridentifi kasi dengan ditemukannya fosil manusia purba yang berusia antara 600.000 dan 400.000 tahun lalu dari dari genus homo dengan sebutan Homo heidelbergensis atau Manusia Heidelberg. Diperkiarakan merupakan nenek moyang dari Homo neanderthalensis di Eropa dan Homo Sapiens. Telah mengenal alat bantu, yang bentuknya mirip dengan alat Acheulean yang digunakan oleh Homo erectus. Ciri fi sik Homo heidelbergensis memiliki tulang tengkorak berwarna cerah, muka besar, alis yang bertemu pada satu sisi sebagian ukurannya besar , rahang tegak dan proporsi tubuhnya modern. Rangka otak yang besar dengan isi kranial yang umumnya 1100-1400 cm3 melebihi rata-rata manusia modern 1350cm3 dan memiliki alat-alat dan perilaku yang lebih maju.

  • Homo neanderthalensis

Penemuan Homo neanderthal diawali pada tahun 1856 (dalam Ratna Hapsari, 2017:142) dari pekerja tambang yang menemukan fosil tempurung kepala dengan tulang pelipis yang menojol , sejumlah tulang tangan, dan tulang kaki yang tebal di sebua gua yang terletak di Lembah Naender. Akhirnya fosil tersebut dinamai Homo Neanderthal.

Untuk bertahan hidup, Homo Neanderthal di samping makan tumbuh-tumbuhan juga memakan daging dari hasil perburuan binatang mamalia, bahkan dengan ditemukannya sisa sisa kulit kerang, diperkirakan mereka juga makan kerang laut bagi mereka yang tinggal di sekitar pingiran Laut tengah.

Hasil temuan fosil menunjukkan mereka hidup berkelompok, interaksi sosial telah memberikan rangsangan pada otak untuk kemudian mendorong kemampuan berbicara, meningkatkan alih pengetahuan dan mewariskan ketrampilan. Meskipun demikian, mereka belum dapat mengenal pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.

Ciri-ciri fisik Homo neanderthal (dalam ratna Hapsari, 2017:143) diantaranya adalah:

  • bertubuh besar pendek dan kekar;
  • berat tubuh sekitar 84 kg
  • batang hidung besar dan mancung.

Jejak terakhir Neanderthal diperkirakan pada sekitar 28.000 tahun yang lalu. Hal tersebut merujuk pada temuan dari sisa-sisa tungku purba, mata tombak dan pengerik batu, serta sisa-sisa buah pinus yang terbakar. Mengapa kemudian Homo neanderthal secara berangsur-angsur dinyatakan menghilang? Ahli biologi evolusioner Clive Finlayson menyebutkan antara 30.000-23.000 tahun yang lalu telah terjadi zaman es yang terdingin. Bahkan terjadi periode terdingin yang hebat secara terus menerus selama 3 tahun. Hal tersebut membuat Homo neanderthal tidak mampu bertahan hidup.

  • Homo cromagnon

Pada tahun 1940 di Gua lascaux yang terletah di daerah Dordogne Perancis. Sekelompok anak-anak menemukan fosil cro magnon saat bermain di area gua. Cromagnon merupakan pengganti Homo neanderthal yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi. Kesamaan cro magnon dengan homo naenderthal adalalah hidup dalam gua dengan jumlah kelompok yang besar. Memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bercocok tanam dan berburu binatang di darat, juga penangkapan ikan pada musim terentu. Memiliki fi sik yang kuat, cerdas dan mampu membuat peralatan berburu yang lebih beragam seperti ketapel, pisau dan lembing.

Dengan kecerdasannya, cro magnon telah mampu mendirikan perkemahan, caranya adalah dengan membuat ruang yang terpendam dibawah tanah. Mereka juga membangun gubuk berbetuk kubah, selanjutnya ditutup dengan kulit binatang dan lempengan tanah yang dicampur dengan rerumputan. Serta telah mampu menjahit pakaian dari kulit binatang, seni lukis, patung dan pahat. Mereka juga telah mengenal sistem kepercayaan dengan media lukisan untuk mendatangkan kekuatan magis, sehingga membantu mereka memperoleh hasil buruan yang banyak, menghindarkan diri mereka dari bahaya. Dengan hidup berkelompok cromagnon telah mampu membuat organisasi kemasyarakatan, penguburan anggota kelompok yang telah meninggal.