{"id":465,"date":"2021-01-16T03:36:35","date_gmt":"2021-01-15T20:36:35","guid":{"rendered":"https:\/\/ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id\/?p=465"},"modified":"2021-01-16T03:36:35","modified_gmt":"2021-01-15T20:36:35","slug":"perlawanan-terhadap-pendudukan-jepang","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id\/2021\/01\/16\/perlawanan-terhadap-pendudukan-jepang\/","title":{"rendered":"Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang"},"content":{"rendered":"\n
Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang<\/strong><\/p>\n\n\n\n
Perlawanan Bersenjata<\/li><\/ol>\n\n\n\n
Adanya perlakuan yang semena-mena oleh tentara Jepang dan pelaksanaan romusha menjadikan rakyat menderita. Akibatnya, timbul rasa benci yang mendalam terhadap tentara Jepang, sehingga terjadi perlawanan bersenjata dari rakyat, diantaranya sebagai berikut.<\/p>\n\n\n\n
Perlawanan Rakyat Aceh<\/li><\/ol>\n\n\n\n
Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yaitu perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena-mena pasukan Jepang kepada umat Islam, seperti pembakaran masjid dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat Subuh.<\/p>\n\n\n\n