{"id":205,"date":"2021-01-13T01:47:23","date_gmt":"2021-01-12T18:47:23","guid":{"rendered":"https:\/\/ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id\/?p=205"},"modified":"2021-01-13T16:32:26","modified_gmt":"2021-01-13T09:32:26","slug":"sejarah-sebagai-ilmu-peristiwa-kisah-dan-seni","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id\/2021\/01\/13\/sejarah-sebagai-ilmu-peristiwa-kisah-dan-seni\/","title":{"rendered":"Sejarah Sebagai Ilmu, Peristiwa, Kisah dan Seni"},"content":{"rendered":"\n
Sejarah Sebagai Ilmu, Peristiwa, Kisah dan Seni<\/strong><\/p>\n\n\n\n
Dalam menyusuri peristiwa, kisah dan seni dalam sejarah, maka kita perlu memahami pengertian sejarah terlebih dahulu. Sejarah adalah peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia. Dalam pengertian pokok tersebut, sejarah meliputi sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai fakta dan peristiwa, sejarah sebagai cerita\/kisah, dan sejarah sebagai seni.<\/p>\n\n\n\n
1. Sejarah sebagai ilmu<\/strong><\/p>\n\n\n\n
Sejarah sebagai ilmu dapat kita lihat dari berbagai ciri. Pertama, sejarah merupakan ilmu empiris. Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman manusia tersebut terekam baik dalam bentuk artefak-artefak maupun dokumen-dokumen. Artefakartefak dan dokumen-dokumen yang merupakan data tersebut diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta tersebut diinterpretasi\/ditafsirkan. Berdasarkan dari interpretasi atas fakta-fakta tersebut dibuat dalam bentuk tulisan sejarah, misalnya Bung Karno dan Bung Hatta membacakan Proklamasi sebagai data dan kita menafsirkannya menjadi fakta dimana Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.<\/p>\n\n\n\n
Berikutnya adalah sejarah memiliki objek. Sejarah biasanya dimasukkan dalam ilmu tentang manusia (humaniora) karena selain objek yang diteliti adalah manusia, khususnya perubahan atau perkembangan manusia pada masa lalu, metodologi yang digunakan juga berbeda dengan ilmu lain, misalnya antropologi. Apabila antropologi membahas manusia pada masa sekarang, maka sejarah berkisah tentang manusia pada masa lalu.<\/p>\n\n\n\n
Misalnya masuknya Islam di Indonesia apakah pada abad ke-8 atau ke-13 seharusnya tidak menjadi persoalan bagi sejarawan asalkan penjelasannya dapat diterima. Ciri lain adalah sejarah mempunyai generalisasi. Generalisasi dari bahasa Latin generalis <\/em>yang berarti umum. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum dari pengamatan yang dilakukan. Contoh generalisasi dalam sejarah adalah Revolusi Industri menciptakan suatu kebutuhan akan sumber sumber bahan mentah, pasar-pasar baru, dan tempat-tempat penanaman modal yang membawa persaingan di antara bangsa-bangsa untuk mendapatkan koloni-koloni.<\/p>\n\n\n\n
Lalu sejarah mempunyai metode. Metode adalah bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know<\/em>). Metode sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah. Seorang sejarawan yang ingin mengetahui, misalnya sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia akan menempuh secara sistematis prosedur penelitian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu pengumpulan bahan-bahan sejarah, baik dari arsip arsip dan perpustakaan-perpustakaan, maupun wawancara dengan tokoh-tokoh yang masih hidup sehubungan dengan peristiwa bersejarah itu, atau dari orang-orang terdekat dengan tokoh-tokoh itu.<\/p>\n\n\n\n
Salah satu ciri penting suatu ilmu adalah teori. Teori dalam sejarah pada umumnya digunakan untuk mengidentifi kasi dan mendefi nisikan suatu keberadaan kolektif, untuk merekonstruksi suatu perangkat kepercayaan menurut suatu analisis karakter kolektif, untuk menguji kebenaran dan ketepatan (verifi kasi), penjelasan (eksplanasi) suatu peristiwa kolektif. Teori adalah sangat esensial dalam kajian tentang segala (fenomena) pada masa lalu maupun masa sekarang yang tidak terbuka untuk diamati secara langsung. Fenomena kolektif itu misalnya lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, peristiwa-peristiwa kolektif .<\/p>\n\n\n\n
2. Sejarah sebagai fakta dan peristiwa<\/strong><\/p>\n\n\n\n
Sejarah sebagai fakta dapat didefi nisikan sebagai suatu unsur yang dijabarkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari dokumen-dokumen atau sumber sejarah setelah melalui serangkaian pengujian dan kritik. Dokumen-dokumen atau sumber sejarah yang merupakan data tersebut diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta. Fakta-fakta tersebut diinterpretasi\/ditafsirkan.<\/p>\n\n\n\n
Fakta merupakan bahan utama yang digunakan sejarawan untuk menyusun suatu cerita atau menganalisis sejarah. Pada hakikatnya fakta itu merupakan suatu konstruk yang dibuat oleh sejarawan sehingga mengandung faktor subyektivitas.<\/p>\n\n\n\n
Ada fakta yang untuk jangka waktu lama masih belum mantap atau masih lunak, misalnya tentang pembunuhan presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy di tahun 60-an. Selain itu ada pula fakta keras, antara lain Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945<\/p>\n\n\n\n