Kerajaan Demak

Semasa Kerajaan Majapahit masih berkuasa, Demak merupakan sebuah kadipaten yang dipimpin oleh Raden Patah. Seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak dengan ibu kota di Bintoro, terletak di antara Bergota dan Jepara. Raden Patah masih memiiki garis keturunan dengan Kerajaan Majapahit, yakni anak dari Raja Brawijaya V dengan Putri Campa (Kamboja) yang beragama Islam.

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Raden Patah memerintah antara tahun 1500-1518. Wilayah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi daerah-daerah pelabuhan utama seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik. Pada masa kepemimpinan Raden Patah, Bagsa Portugis tiba di Selat Malaka dan berhasil memonopoli perdagangan rempahrempah.

Kondisi ini mengganggu perdagangan Kerajaan Demak yang berada di Selat Malaka. Selanjutnya, Raden Patah mengutus putranya yang bernama Pati Unus. Pada tahun 1507 Raden Patah digantikan oleh putranya, Pati Unus. Ia memperkuat pertahanan lautnya agar Portugis tidak menyerang. Sejak tahun 1518 Demak mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa, Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku.

Peta Kekuasaan Kerajaan Demak

Pati Unus wafat pada tahun 1521 karena belum memiliki keturunan, maka digantikan oleh adiknya, Trenggana. Ia meneruskan usaha menangkal pangaruh Portugis di Kerajaan Pajajaran. Sultan Trenggana mengutus Faletehan (Fatahillah) untuk mencegah agar Portugis tidak menguasai Sunda Kelapa. Berkat strateginya, Banten dapat ditaklukkan pda tahun 1527. Setelah menaklukkan Banten, Sunda Kelapa jatuh ke tangan Demak dan Portugis dapat diusir dari Sunda Kelapa. Setelah itu Faletehan mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tahun 22 Juni 1527. Jayakarta sendiri pada perkembangannya menjadi Batavia dan saat ini kita kenal sebagai Jakarta, ibukota Republik Indonesia.

  1. Aspek politik

Kebijakan politik yang menonjol sebagai kerajaan maritim pada zaman Kerajaan Demak adalah memperkuat armada laut untuk menyerang Potugis yang sudah menguasai Malaka. Hal ini dilakukan karena Portugis mengancam kejayaan perdagangan Demak. Pada tahun 1513 di bawah kepemimpinan Pati Unus, Demak menggunakan kapal jenis jung menyerang Portugis di Malaka. Meskipun usaha penyerangan ini belum berhasil membawa kemenangan, namun membuktikan bahwa pada jaman dulu kita sudah memiliki armada angkatan laut yang hebat. Atas keberaniannya tersebut, Pati Unus dijuluki Pangeran Sabrang Lor. Sabarang berarti menyeberang dan lor berati utara karena menyeberangi laut Jawa menuju Malaka untuk melawan Portugis. Pada Tahun 1527, Sultan Trenggana sebagai penguasa Demak memerintahkan Fatahilah memimpin penyerangan ke Pelabuhan Sunda Kelapa (di daerah Jawa Barat) mengusir Portugis. Fatahilah berhasil menguasai Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.

  • Aspek Ekonomi

Menurut catatan Tome Pires (Ratna Hapsari dkk, 2017:56) Demak merupakan kesultanan yang sangat makmur. Demak adalah daerah penghasil beras. Sektor perdagangan maju karena didukung adanya sektor perdagangan laut melalui pelabuhan Jepara, Tuban, Sedayu, dan Gresik. Demak telah memiliki armada kapal jung (besar) hingga 40 buah. Produksi Demak yang diekspor ke Malaka melaui pelabuhan Jepara adalah beras, madu dan lilin.

Masih ingat dengan kehidupan Kerajaan Majapahit? Kerajaan Demak memiliki kesamaan dalam aspek ekonomi digerakan dari sektor marirtim dan agraris. Sebagai salah satu bandar pelabuhan di Nusantara, Kerajaan Demak memainkan peranan penting dalam perdagangan antarpulau. Kerajaan Demak menjalin hubungan dagang dengan daerah Indonesia bagian timur, barat sampai Selat Malaka. Aktivitas perdagangan maritim memberikan keuntungan yang besar pada Kerajaan Demak.

Banyak kapal berlalu-lalang di kawasan Laut Jawa untuk memasarkan komoditasnya. Pada sektor agraris, pertanian dapat berkembang karena memiliki daerah-daerah yang subur terutama di daerah pedalaman. Produk pertanian berupa beras menjadi komoditas yang banyak diperdagangkan hingga ke luar kerajaan.

  • Aspek Sosial

Guna mengatur kehidupan sosial di masyarakat, Kerajaan Demak menerapkan hukum Islam. Namun, meski menggunakan hukum Islam, tradisi lama yang tidak bertentangan dengan syariat Islam tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan dari Kerajaan Demak sangat kental dengan nuansa Islam. Salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang masih ada hingga sekarang adalah Masjid Agung Demak.

Masjid ini sangat kental dengan nuansa seni dan ukiran yang indah. Selain masjid, terdapat pula peninggalan Kerajaan Demak berupa budaya, yakni perayaan “sekaten”. Perayaan ini merupakan akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal. Para Wali atau penyebar agama islam yang dikenal sebagai Wali Songo juga sangat memperhatikan sendi sosial masyarakat lokal. Mereka menyebarkan agama dengan damai dan tanpa merusak budaya yang sudah ada sebelumnya. Tindakan ini justru mendorong terjadinya akulturasi budaya yang berkembang dan tumbuh hingga saat ini

Masjid Agung Demak
  • Aspek kebudayaan

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak berdasarkan pada agama dan budaya Islam. Masyarakat Demak menjalankan kehidupannya dengan berpedoman pada ajaran agama Islam. Kaum ulama termasuk Walisongo menempati posisi terhormat pada pemerintahan Kerajaan Demak. Para wali berperan sebagai penasihat kerajaan. Kesembilan wali tersebut adalah:

  1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
  2. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
  3. Sunan Giri atau Raden Paku
  4. Sunan Drajat
  5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim
  6. Sunan Kudus
  7. Sunan Muria
  8. Sunan Kalijaga
  9. Sunan Gunung Jati

Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai orang yang mencintai kesenian terutama wayang. Ia mengubah bentuk wayang, sehingga tak lagi sama dengan yang terpahat pada relief candi. Selain itu, ia juga menciptakan gamelan yang diberi nama gamelan sekati. Sunan Kalijaga juga memimpin pembangunan Masjid Agung Demak. Masjid Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga meiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid yang disatukan.