Hubungan antara Kerajaan Demak dan Mataran Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan di masa sekarang

  1. Aspek Politik

Dalam upaya mempetahankan dan memperkuat kedaulatan wilayah baik pada zaman Kerajaan Mataram Islam maupun Kerajaan Demak, maka upaya ditempuh dengan memperkuat armada lautnya. Kerajaan Demak mampu membuat kapal jug, yakni kapal dengan ukuran besar yang mampu membawa keperluan perang dalam jumlah yang banyak. Armada laut yang kuat berfungsi selain untuk mempertahankan kedaulatan negara juga menjamin perdagangan laut dari ancaran para perompak laut, sehingga roda ekonomi tetap berjalan dengan lancar. Hal ini juga sudah disadari oleh pemerintah Indonesia, sehingga untuk memperkuat armada laut, pemerintah berupaya untuk mampu membuat armada laut sendiri.

Seiring dengan melemahnya kekuatan armada laut, kerajaan-kerajaan maritim Islam mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena armada laut tidak dapat bersaing dengan bangsa barat, dimana mereka telah menggunakan kapal yang mampu menampung barang bawaan yang cukup banya dan dari teknologi sudah cukup canggih. Sementara di kalangan Islam masih menggunakan kapal yang berukuran kecil dengan daya tampung terbatas. Selain itu, teknologi yang digunakan masih sederhana dan tertinggal dibandingkan dengan bangsa barat.

Sekarang ini bangsa Indonesia telah mampu memproduksi armada laut, baik kapal angkatan laut maupun kapal dagang. Bahkan, sudah mampu untuk mengekspor kapal angkatan laut. Dengan kemampuan memproduksi kapal angkatan laut, disamping sebagai alat utama sistem pertahanan laut, juga untuk menambah pundipundi devisa negara melalui penjualan produksi kapal angkatan laut dan kapal dagang.

Konteks politik masa lalu bisa dijadikan sebagai pembelajaran untuk masa sekarang. Dengan mempelajari upaya pecah belah yang dilakukan Belanda dan Inggris untuk membagi Kerajaan Mataram menjadi 4 kerajaan kecil, kita dapat mengetahui bahwa perpecahan terjadi karena adanya hasutan dan iming-iming serta janji mendapatkan kekuasaan. Kondisi ini berdampak buruk karena menimbulkan perpecahan dan perselisihan di antara saudara sendiri. Oleh karena itu, kejadian tersebut menjadi pembelajaran bersama agar tidak terulang lagi di masa kini.

  • Aspek Ekonomi

Pada masa kerajaan Islam maritim, kegiatan ekonomi yang menonjol adalah monopoli perdagangan lewat jalur laut. Kerajaan memiliki pelabuhan yang strategis sebagai pusat perdagangan yang ada di wilayah kekuasaannya. Di era sekarang, negara kita juga memandang laut tidak lagi sebagai pemisah antarkepulauan, tetapi merupakan penghubung antarkepulauan yang ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejak tahun 2016, Indonesia telah memasuki perdagangan bebas di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, kejayaan perdagaan kita seperti pada masa kerajaan Islam maritim perlu dibangkitkan lagi. Jangan sampai kita tenggelam di serbu produk dari manca negara. Kita harus berupaya agar tidak terjadi defi sit pada neraca perdagangan, dimana impor lebih ringan (lebih sedikit timbangannya) dibandingkan dengan ekspor.

  • Aspek Sosial

Jauh sebelum munculnya kerajaaan, sejak peradaban awal di Indonesia, nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung. Mereka sudah mampu membuat perahu untuk mengarugi lautan, berpergian ke berbagai wilayah di Nusantara. Pada zaman Kerajaan Sriwajaya dan Majapahit kemampuan membuat perahu besar sebagai alat transportasi semakin berkembang. Sekarang ini angkutan laut merupakan salah satu pilahan moda transportasi massa yang terjangkau masyarakat.

Armada transportasi laut memiliki kelebihan dalam memobilisasi interaksi sosial masyarakat, terlebih Indonesia adalah negara kepulauan. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah selain menyediakan prasarana berupa pelabuhan nasional dan internasional, juga sarana yang berupa kapal laut sebagai angkutan umum seperti jens feri. Bahkan, pemerintah telah membentuk BUMN, yakni PT PAL yang mampu memproduksi kapal laut untuk armada perdagangan.

PT PAL di Surabaya
  • Aspek Kebudayaan

Dibidang kebudayaan,inspirasi kerajaan maritim di masa Islam berakulturasi dengan kebudayaan di masa sekarang adalah sebagai berikut.

Pengunaan, bahasa arab dalam aktivitas sehari-hari, misalnya kata bahari, berasal dari kata bahrun yang artinya laut. Kata syahbandar adalah pengusasa atau pemipin administrasi pelabuhan sebutan pimpinan pengelola pelabuhan disebut dengan syahbandar.

Budaya Islam memang sangat kuat pengaruhnya di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Salah satu buktinya adalah berdirinya sekolah berbasis agama atau yang biasa disebut dengan pesantren. Lembaga pendidikan yang satu ini memang sudah ada sejak Islam mulai berkembang di Indonesia. Di Indonesia terdapat cukup banyak pesantren yang menjadi rujukan para pelajar yang ingin menimba ilmu umum dan ilmu agama.

Pesantren telah tumbuh menjadi media pendidikan yang penting di Indonesia. Misalnya, Pesantren Modern Gontor, dan Tebu Ireng adalah pesantren yang mampu memadukan pendidikan agama dan pendidikan modern dengan baik. Pesantren diakui keberadaannya oleh pemerintah atas partisiapsinya turut mencerdaskan bangsa. Pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.

Di masa mendatang penanaman karakter bangsa cinta akan bahari dapat dikembangkan lewat pondok pesantren. Dalam penanaman karakter, saat ini telah dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan yang diwadahi SakaBahari. Cukup banyak perayaan keagamaan peninggalan kerajaan Islam yang turun temurun dilestarikan sampai hari ini, diantaranya adalah Garebek Besar, Garebek Syawal, dan Garebek Maulud atau Sekaten. Berbagai peninggalan dan warisan tradisi tersebut hingga kini masih lestari dan berkembang dengan baik sebagai jendela budaya dan upaya pelestarian luhur budaya bangsa.