Runtuhnya Uni Soviet

Pakta Warsawa merupakan aliansi militer negara-negara Blok Timur di Eropa Timur, yang bertujuan mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman dari aliansi NATO (yang dibentuk pada 1949). Pembentukan Pakta Warsawa dipicu oleh integrasi Jerman Barat ke dalam NATO melalui ratifi kasi Perjanjian Paris. Pakta Warsawa dirancang oleh Nikita Khrushchev pada tahun 1955 dan ditanda tangani di Warsawa pada 14 Mei 1955. Namun pada tanggal 31 Maret tahun 1991 –tahun runtuhnya Uni Soviet- pakta ini bubar secara tidak resmi. Kebubarannya diresmikan pada tanggal 1 Juli 1991.

Mikhail Gorbachev

Bubarnya Pakta Warsawa diawali dengan kebijakan Presiden Mikhail Sergeyevich Gorbachev yang memerintah Uni Soviet dengan membuka diri terhadap pembaharuan dengan istilah perestroika dan glasnot. Perestroika adalah restrukturisasi ekonomi dalam upaya meningkatkan kemajuan ekonomi nasional dari keterpurukan ekonomi yang dialaminya.

Sedangkan glasnot adalah keterbukaan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Mengapa negara sebesar Uni Soviet yang lahir dari Revolusi Bolshevik tahun 1917 bisa runtuh? Keruntuhan Uni Soviet juga berarti keruntuhan ideologi komunis karena Uni Soviet merupakan negara komunis terbesar dan pertama di dunia. Tanda-tanda keruntuhan Uni Soviet telah tampak semenjak pemerintahan masih dipegang oleh Nikita Kruschev.

Uni Soviet ketika dikendalikan Gorbachev mengalami masalah yang sangat kompleks. Ia memiliki beban tanggungan dalam dan luar negeri yang harus segera diselesaikan. Dan karena ketidakmampuan sosialis-komunis menyelesaikan masalah-masalah tersebut sesegera mungkin, Gorbachev menerapkan cara lain yang lebih terbuka dan melibatkan rakyat sebagai bagian dari negara. Beban masalah dalam negeri yang sangat berat merupakan masalah ekonomi yang terus memburuk, birokrasi pemerintahan yang ruwet dan macetnya produktivitas negara dalam beroperasi secara normal.

Sementara itu, di luar negeri Uni Soviet sedang dihadapkan dengan banyak permasalahan antar-negara mulai dari negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika bahkan hingga Amerika Latin. Dan yang sangat memalukan adalah tragedi kebocoran nuklir Chernobyl hingga mengharuskan Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari beberapa negara yang kesal kena dampak pencemaran lingkungannya.

Perestroika merupakan upaya Gorbachev menyelesaikan masalah kompleks yang dihadapi Uni Soviet. Tujuan dari dilaksanakannya konsep perestroika yaitu agar terjadinya restrukturisasi dalam negara. Pada prakteknya, konsep perestroika justru menjadi awal kehancuran total Uni Soviet. Awalnya, konsep ini dijalankan dengan menentang kelompok pro dan kontra yang hadir memberi tanggapan. Gorbachev menganggap orang-orang yang kontra adalah generasi lama yang pola pikirnya masih konservatif, sehingga mereka perlu pembaruan. Padahal di pihak kontra ini berdirilah kepala KGB, Menteri Pertahanan, Wakil Presiden dan beberapa menteri lainnya. Kelompok kontra kemudian merencanakan siasat agar Gorbachev turun dari kursinya. Sehingga ia dan para generasi baru dapat tunduk kembali kepada kaum komunis ortodoks yang terdiri dari golongan konservatif. Sayangnya usaha kudeta ini gagal dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 1991. Perestroika pun terus berjalan dengan beberapa asas yang menjadi unsurnya.

Robert F. Byrnes (dalam Indriyanto, 2000) menyatakan, bahwa lambatnya perubahan Uni Soviet dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Kekuatan militer dan politik Luar Negeri yang bersama-sama memberikan legitimasi bagi sistem Uni Soviet dan menjadi instrumen kekuasaan. Hal ini juga diperkuat oleh keinginan untuk mencegah perang nuklir dengan mempertahankan dan memperkuat kekuatan sendiri. Keunggulan militer dan politik Luar Negeri selalu ditekankan karena Uni Soviet mendapat keuntungan dari campur tangan dan perluasan pengaruh.
  2. Hambatan ideologis bagi perubahan internal. Penguasan Uni Soviet meyakini hanya partailah sebagai barisan depan kaum proletar yang berhak dan mampu menentukan kebijakan dan menggerakkan masyarakat sesuai dengan jalan yang telah dipilih.
  3. Karakter masalah domistik yang dihadapi Uni Soviet memiliki akar sejarah yang panjang.
  4. Melambatnya pertumbuhan ekonomi yang sangat kompleks, tersentralisir, dan kekerasan serta keputusan yang sukar mengenai alokasi sumber daya.
  5. Penurunan dalam industri karena perencanaan dan pengendalian yang berlebihan, masalah tenaga kerja, dan produktivitas menurun.
  6. Ketidakmampuan negara memberi barang konsumsi yang memadai bagi kelas pekerja yang memiliki uang tetapi tidak mampu membeli apa-apa.
  7. Pertanian yang buruk karena sistem pertanian kolektif dan manajemen yang tersentralisir.
  8. Masalah infrastruktur sistem sosial: perumahan tidak memenuhi standar, pelayanan kesehatan yang buruk, dan kecenderungan demografi yang tidak menguntungkan
  9. Kebudayaan politik formal, kaku, dan tak toleran. Ketidakstabilan yang inheren dari Eropa Timur yang dianggap sebagai bagian penting sistem mereka.
  10. Akibat indoktrinasi dan kontrol yang ketat, pengambilan keputusan dan manajementerpusat, memberi imbalan bagi yang taat ideologi dan hukuman bagi yang inovatif atau idependen, sangat sulit memberikan energi pada masyarakat dan mendorong inisiatif dan individualitas.
  11. Sistem Uni Soviet pada dasarnya menjadi sistem yang paling konservatif dan satusatunya yang paling tidak toleran terhadap perubahan. Mereka berkuasa hanya memikirkan kepentingan pribadi. Sistem bersifat immobil dan beku.

Itulah sebabnya, tidak mudah bagi Gorbachev untuk melakukan program Perestroika dan Glasnotnya secara sempurna. Mengapa? Karena perestroika dan glasnot tidak didorong oleh hasrat murni demi perdamaian dan kesejahteraan an sich melainkan karena dipaksa oleh keperluan mendesak untuk memperbaiki keadaan ekonomi yang semakin parah. Padahal, dalam perbaikan tersebut dibutuhkan situasi yang tenang dan dibutuhkan kompromi-kompromi sosial politis. Maka tidak heran bila tiga tahun setelah Gorbachev berkuasa tidak ada tanda-tanda perbaikan. Kesejahteraan rakyat menurun, infl asi meningkat ( 7-8 %), defi sit anggaran mencapai 11% dari PDB dibanding dengan hanya 3 % di Amerika Serikat. Sasaran inti Perestroika adalah desentralisasi ekonomi, ternyata justru menimbulkan berbagai kesulitan. Mengapa? Karena sentralisasi sudah puluhan tahun mendarah daging.

Sistem yang lama dilepas, tetapi sistem yang baru masih kabur. Penyakit kronis Uni Soviet adalah: kepatuhan pasif, ketergantungan, kemandirian dan kewiraswastaan yang lemah, dan sistem komando yang kuat. Akhirnya muncul kekaburan pengertian dan kecurigaan. Pihakpihak yang mementingkan perubahan semakin kuat. Sementara Gorbachev menghadapi kondisi sosial politik ekonomi yang memburuk karena sistem yang korup, otoriter, dan monolitik selama tujuh dasawarsa.

Glasnost di Uni Soviet membiarkan rakyat memiliki hak milik atas suatu barang dan perusahaan swasta, membiarkan rakyat menyuarakan pendapat di media massa, membiarkan media menampilkan berita beragam yang dibutuhkan rakyat, dan membiarkan memasukkan unsur kebebasan agama dalam kehidupannya. Unsur demokratisasi diterapkan pada bidang politik. Sistem monopoli kursi politik yang diterapkan sejak kabinetnya Lenin, berubah menjadi demokratis. Rakyat diberi pilihan secara bebas agar menentukan orang yang tepat menjadi wakilnya sebagai penyambung suaranya di kursi parlemen. Hukum benar-benar ditegakkan di masa Gorbachev. Terutama dimulainya penegakan hukum Hak Asasi Manusia (HAM) yang dulunya kurang dihargai. Fokus utama dimasukkannya unsur ini ke dalam konsep perestroika adalah menormalkan kondisi ekonomi Uni Soviet yang sempat turun. Jadi dengan unsur ini, negara memberikan subsidi kepada perusahaan swasta yang bangkrut, negara juga memberikan kebebasan individu dan swasta untuk mengembangkan perekonomian. Pada masa ini, banyak alat berat yang menjadi usaha prioritas pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara. Yang terpenting seluruh kebebasan tersebut berada dalam bingkai keteraturan. Konsep perestroika yang kembali dijalankan Gorbachev pada akhirnya gagal. Hal ini dikarenakan Gorbachev menyadari banyak orang-orang dari Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) yang berusaha mengkudetanya. Bagaimana ia dapat bertahan memimpin bila yang mendudukkannya di kursi pimpinan terus berusaha menjatuhkannya.

Gorbachev memutuskan untuk melepas kekuasaannya di tanggal 24 Agustus 1991, hanya beberapa hari setelah kegagalan kudeta. Dengan mundurnya Gorbachev dari kepemimpinannya, maka semakin meriahlah kehancuran Uni Soviet. Negara-negara bagian yang semula masih mempersiapkan strategi matang untuk melakukan gerakan sporadis akhirnya mempercepat diri berpisah dengan Uni Soviet. Kebubaran PKUS dan mundurnya Gorbachev dari sana sudah sama dengan keruntuhan Uni Soviet. Partai besar ini merupakan Uni Soviet itu sendiri. Ia yang mengawali berdirinya Uni Soviet dan mengelola negara tersebut kurang dari seabad. Setelah turunnya Gorbachev, satu per satu negara bagian Uni Soviet melepaskan diri. Georgia yang menjadi negara perdana pecahan Uni Soviet di tahun 1990 terus disusul jejaknya oleh negara bagian yang lain. Hingga keruntuhan Uni Soviet resmi dialami pada tanggal 31 Desember 1991.

Dengan keruntuhan Uni Soviet sebagai negara komunis adidaya dunia, maka runtuh pula kekuasaan komunis internasional. Berarti hal tersebut membuat Amerika Serikat memenangkan perang dingin yang sudah berakhir. Hak Asasi Manusia di seluruh negara bagian Uni Soviet yang dulu dikekang oleh pemerintah pun sudah dihargai sepenuhnya. Bahkan ada banyak kreativitas dan prestasi individu yang terus bermunculan seiring keruntuhan Uni Soviet dan kebebasan mantan negara bagian mengekspresikan adat istiadat dan budayanya sendiri. Keruntuhan Uni Soviet yang sangat dramatis membuat beberapa negara komunis lain perlahan melemah. Tidak ada lagi negara besar yang menjadi penyokong mereka menumbuhkan paham komunis di negaranya. Lambat laun, pengaruh komunis sama sekali hilang dari muka bumi dan malah menjadi musuh bagi banyak negara di dunia.