ORGANISASI GERAKAN NON-BLOK

Istilah ‘Non-Blok’ diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru dalam pidatonya di Srilanka pada tahun 1953. Inti dari pidato tersebut kemudian digunakan sebagai prinsip dasar untuk membentuk gerakan Non-Blok, yakni:

  1. Saling menghormati kedaulatan.
  2. Perjanjian non-agresi.
  3. Tidak mengintervensi urusan dalam negerinegara lain.
  4. Kesetaraan dan keuntungan bersama.
  5. Menjaga perdamaian.

Berdirinya Gerakan Non-Blok bermula dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang diadakan di Bandung, Indonesia pada tahun 1955. Konferensi melibatkan negara-negara netral yang tidak memiliki keberpihakan pada blok tertentu dan tidak terlibat dalam ideologi Barat-Timur. Gerakan digagas oleh lima pemimpin dunia pada masa itu, Joseph Broz Tito (Yugoslavia), Ir. Soekarno (Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Pandit Jawaharlal Nehru (India), dan Kwame Nkrumah (Ghana). Berdirinya Gerakan Non-Blok (Non Allied Movement) dikukuhkan melalui sejumlah pertemuan antar kepala negara tersebut, di antaranya:

  1. Ditandatanganinya Dokumen Brioni tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), yang bertujuan mempersatukan negara-negara non-blok.
  2. Sidang Majelis Umum PBB yang mempertemukan kelima kepala negara tokoh Konferensi Asia Afrika.
Para pendiri Gerakan Non-Blok, dari kiri ke kanan: Jawaharlal Nehru, Kwame Nkrumah, Gamal Abdul Nasser, Ir. Soekarno, Josep Broz Tito

Secara umum, pendirian Gerakan Non-Blok dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:

  1. Kecemasan tentang situasi dunia semasa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berebut pengaruh di dunia.
  2. Keprihatinan dari negara-negara baru merdeka dan negara berkembang tentang kedaulatan wilayah masing-masing.
  3. Potensi ke arah perang nuklir di dunia karena Amerika Serikat dan Uni Soviet menempatkan pangkalan militernya di tempat-tempat strategis.

Di awal berdirinya, Gerakan Non-Blok hanya berjumlah 25 negara dan tanpa kepengurusan, kecuali Ketua. Jabatan Ketua sekaligus diemban oleh pimpinan negara tempat berlangsungnya konferensi.Namun, pada setiap konferensi yang dilakukan, anggota dari gerakan ini semakin bertambah. Penerimaan anggota baru hanya berdasarkan asas berikut:

  1. Menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai,
  2. Mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan nasional, dan
  3. Bukan anggota salah satu pakta militer Amerika atau pun Uni Soviet.

Sempat terjadi pasang surut keanggotaan di organisasi Gerakan Non-Blok. Salah satunya adalah ketika terjadi invasi Uni Soviet ke Afghanistan yang memaksa negara-negara Islam untuk mengirimkan bantuan ke Afghanistan yang, saat itu, didukung oleh Amerika Serikat.

Beberapa konflik yang menjadi perhatian bagi Gerakan Non-Blok, di antaranya:

  1. Konflik Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat yang mengarah kepada perlombaan teknologi senjata nuklir.
  2. Krisis Timur Tengah.
  3. Penyelesaian masalah Perang Vietnam.
  4. Pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina.
  5. Perang antara Irak dengan Iran.