Dampak Kehidupan bagi Indonesia atas Penjajahan Jepang

- Bidang Sosial
Komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun Bunka Shidosho. Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Mengapa? Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu:
Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang). Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai (nafsu seks). Para gadis dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Semarang, Jakarta, Solo, dan Sumatera Barat. Akibatnya pula selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertam-bah, karena segala kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadi-kan Romusha (kerja paksa).Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.
- Bidang Ekonomi
Dalam rangka menguasai sumber-sumber ekonomi Indonesia, Jepang nenyusun beberapa rencana, antara lain:
- tahap penguasaan, yaitu menguasai seluruh kekayaan alam, termasuk kekayaan milik pemerintahan Hindia Belanda
- tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Dalam tahap ini direncanakan setiap wilayah harus dapat mencukupi kebutuhannya sendiri untuk menunjang kebutuhan perang.
Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat besar.
Akibatnya, bahaya kelaparan melanda di berbagai daerah dan timbul berbagai penyakit yang mengakibatkan angka kematian meningkat tajam. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyatsemakin sulit, gairah kerja manurun, kekurangan pangan, gizi rendah dan penyakit mewabah melandah hampir di setiap desa di pulau Jawa. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan pada masa penjajahan Belanda.
- Bidang Budaya
Salah satu kebiasaan yang wajib dilakukan masyarakat Indonesia adalah penghormatan pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) yang diyakini sebagai keturunan dewa matahari. Penghormatan kepada kaisar Jepang tersebut dilakukan dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno kea rah matahari terbit yang di sebut dengan Seikeirei.

Penghormatan Seikeire biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebang-saan Jepang (Kimigayo). Namun, kebiasaan penghormatan ini ditentang oleh kalangan ulama sehingga timbul perlawanan fisik dari para ulama. Misalnya, perlawanan yang dilakukan K. H. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat yang dikenal dengan peristiwa Singaparna. Salah satu dampak kebijakan pemerintah Jepang di bidang budaya adalah berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal yang disebut kinrohosi.
- Bidang Militer
Kebijakan pemerintahan Jepang di bidang militer pada masa pendudukan dilakukan dengan membentuk badan-badan semi militer untuk membantu Jepang yang semakin terde-sak oleh sekutu dalam Perang Pasifi k. Mema-suki tahun 1943, Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda Indonesia di bidang militer. Organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang adalah Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Hizbullah, Barisan Pelopor, Heiho dan PETA. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu. Karena itulah mereka melatih rakyat dengan beragam latihan kemiliteran.

Bekas pasukan PETA itulah yang menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dampaknya, pada Masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat di bidang militer. Mereka dapat kesempatan untuk berlatih militer, barisberbaris, latihan menggunakan senjata, masuk organisasi militer bahkan ikut latihan perang.
- Bidang Pendidikan
Kebijakan yang diterapkan pemerintahan Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan diskriminasi pendidikan. Pada masa Belanda yang dapat merasakan pendidikan hanya kalangan menengah atas. Sistem pendidikan zaman Belanda mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang sehingga seluruh lapisan masyarakat berhak mengenyam pendidikan.
Selain itu, Jepang juga menerap-kan jenjang pendidikan formal di Indonesia seperti sistem pendidikan di Jepang, yaitu jenjang SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Salah satu kebijakan pendidikan masa pendudukan Jepang adalah penerapan sistem pendidikan militer sehingga sistem pengajaran dan kurikulum sekolah disesuaikan untuk kepentingan perang.
Oleh karena itu, siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran, seperti baris berbaris dan menghapal lagu kebangsaaan Jepang. Selain itu, para guru diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Tujuan sistem pendidikan pemerintah Jepang adalah mencetak kader-kader yang akan mendukung kemenangan Jepang pada Perang Asia Timur Raya.