Perlawanan Imperialisme dan Kolonialisme Melalui Sosial Budaya

Perwujudan dari protes sosial sering diperkuat dengan kepercayaan keagamaan yang telah mengakar di dalam tradisi kehidupan masyarakat tradisional. Contohnya, adanya harapan tentang akan hadirnya seorang mesias (penyelamat) atau ratu adil yang akan memberikan pertolongan kepada mereka.

  1. Gerakan Sosial di atas Tanah Partikelir

Gerakan sosial ini adalah bentuk perlawanan terhadap keadaan atau peraturan yang tidak adil. Selain itu, karena rasa tidak puas terhadap kondisi sosial-ekonomi yang kurang memberi tempat bagi kehidupan para pelaku dan pendukung gerakannya. Gerakan ini muncul dikalangan petani sebagai akibat dari praktik penjualan atau pemberian hadiah tanah oleh pemerintah Belanda kepada perseorangan atau swasta. Selanjutnya, tanah tesebut menjadi tanah milik perseorangan atau tanah pertikelir (Swasta). Mereka yang membeli atau menerima tanah dari pemerintah itu menjadi taun tanah. Mereka merasa memiliki hak untuk menguasai penduduk yang berdiam diatas tanah tersebut. Penduduk yang tinggal di tanah tersebut kemudian diharuskan menyerahkan hasil garapannya dan tenaganya untuk berbagai kepentingan tuan tanah. Pola ini mengarah pada praktik perbudakan.

Perampasan tanah milik rakyat
  • Gerakan Mesianisme

Gerakan ini bersifat mesianisme, yaitu berharap akan datangnya ratu adil atau imam mahdi sebagai juru selamat rakyat. Wialayahnya terbatas hanya pada satu desa atau satu kelompok masyarakat. Selain itu, terdapat seorang pemimpin yang dianggap sebagai pimpinan agama, juru selamat, bahkan nabi. Gerakan ini selalu bersandar pada dasar-dasar kekuatan gaib yang dimiliki oleh sang pemimpin. Gerakan ini mengharapkan munculnya era baru dan datangnya zaman keemasan yang tidak mengenal penderitaan rakyat, hilangnya semua konflik dan ketidakadilan. Gerakan mesianisme memang hanya mencakup geraakan keadilan dalam sebuah lingkungan kecil, tetapi sering menimbulkan dampak yang cukup luas. Beberapa contoh dari gerakan ini antara lain sebagai berikut.

  1. Kasan Mukmin

Pada 1903 terjadi gerakan di Kabupaten Sidoarjo yang dipimpin oleh Kasan Mukmin. Ia bertindak sebagai orang yang menerima wahyu dan mengaku sebagai penjelmaan imam mahdi yang akan mendirikan kerajaan baru di Jawa.

  • Gerakan Darmojo

Pada 1907 terjadi gerakan di Kediri yang dipimpin oleh Dermojo. Ia seorang petani kaya yang kemudian menyatakan dirinya sebagai ratu adil. Ia merencanakan pemberontakan melawan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah kolonial pada 29 Januari 1907.

  • Pada 1918, muncul seorang dukun yang mengaku keturunan Sultan Hamengku Buwono V yang juga menyatakan dirinya sebagai ratu adil dan calon pemegang takhta Kesultanan Yogyakarta.
  • Gerakan Samin

Orang Samin menyatakan dirinya sebagai pengikut ajaran Samin Surosentiko yang menjadi pengikut ajaran agama Adam (elmoe Nabi Adam). Samin Surosentiko adalah seorang petani yang berasal dari Randublatung, Blora, Jawa Tengah. Ajarannya ini kemudian dengan cepat meluas kedaerah Rembang, dan bahkan sampaike Ngawi dekat Madiun. Pada 1907, muncul desas-desus bahwa gerakan Samin berencana akan menjatuhkan pemerintah kolonial Bekanda dan akan membentuk pemerintahan baru. Pemerintah kolonial kemudian menangkap Samin dan delapan orang pengikutnya. Samin kemudian dibuang ke Padang dan meninggal pada tahun 1914.

Gerakan Samin kemudian diteruskan oleh pengikutnya. Gerakannya semakin menunjukkan sikap melawan pemerintah kolonial, seperti menolak membayar pajak, kerja rodi, menyerang kepala desa, bahkan petugas kepolisian. Gerakan ini sebenarnya muncul karena adanya perubahan struktur tradisional yang ada didesa-desa. Perlawanan yang dilakukan lebih karena mereka tidak memahami peraturan-peraturan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial, seperti larangan untuk memasuki hutan-hutan tanpa izin. Padahal selama ini kehidupan mereka banyak yang bergantung pada hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.