Respon Internasional Terhadap Kemerdekaan RI

Pengakuan Kemerdekaan Indonesia dari Mesir

Mesir adalah salah satu sekutu awal yg mengakui kemerdekaan Indonesia. Lebih penting lagi, Mesir ikut menggalang dukungan dari Liga Arab agar menerima kedaulatan Indonesia di mata hukum internasional. Dari sisi kronologi, Mesir secara de facto mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946.

Dukungan ini muncul setelah lobi gigih diplomat RI di Ibu Kota Kairo beberapa bulan setelah Soekarno mengkonsolidasikan kabinet.Tak sekadar mengakui, Mesir pula yang meyakinkan Suriah, Irak, Qatar, serta Kerajaan Arab Saudi untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Baru pada 10 Juni 1947, Mesir mengakui kedaulatan negara RI secara de jure, dengan menunjuk H.M Rasjidi sebagai kuasa usaha RI, serta membuka Kedutaan Besar di Kairo. Hubungan RepublikIndonesia dengan Liga Arab pun secara formal terjalin. Liga Arab lah yang berkali-kali mengecam serta mendesak Belanda menghentikan agresi militer.

  1. Sebab-Sebab Mesir Memberi Pengakuan Kemerdekaan RI
  2. Persamaan Agama
  3. Banyaknya masyarakat Indonesia yang menuntut ilmu di Mesir
  4. Banyaknya masyarakat Indonesia yang bekerja di Mesir
  5. Banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan haji di Arab
  • Proses Indonesia Mendapatkan Kedaulatan dari Mesir
  • Peranan Mahasiswa-Mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir (Univ. Al-Ahar, Kairo dan Zain Hassan), Irak (Univ. Imron Rosyidi), dan di negara Arab lainnya Peranan Mahasiswa ditunjukkan dengan menanamkan bibit kemerdekaan melalui media massa yang ada di Arab.
  • Delegasi Indonesia pertama RI di Mesir (7 April 1946) Utusan pertama Indnesia yang mengunjungi Mesir adalah Suwandi. Suwandi datang ke Mesir untuk menyampaikan rasa terimakasih Indonesia karena Liga Arab memberi dukungan pada kemerdekaan RI dan akan tetap memberi dukungan sampai RI benar-benar diakui kemerdekaannya.
  • Pembentukan Panitia Pusat sebagai wakil Indonesia di Luar Negeri Panitia Pusat yang diketuai H. Agus Salim punya peranan penting dalam upaya diplomasi agar kemerdekaan RI bisa diakui.H. Agus Salim gencar mengenalkan Indonesia ke luar negeri, dari Kairo H. Agus Salim meneruskan misinya ke Suriah, Transyordania, Irak, dan Lebanon.Untuk mengenalkan Indonesia ke negara Arab dan Yaman dilanjutkan oleh H. Rasyidi.
  • Kunjungan yang dilakukan Sutan Syahrir dan Soekarno ke Mesir Kunjungan ini merupakan penghargaan dan ucapan terimakasih Indonesia kepada Mesir yang sudah mendorong negara-negara di Arab untuk membantu perjuangan Indonesia dalam mendapatkan kemerdekaan.
  • Peran Mesir dalam Mendukung Kemerdekaan RI
  • Peran dari organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna
  • Aksi pemuda Mesir yang berdemo di Kedubes Belanda di Kairo
  • Mengirim delegasi Mesir (Abdul Mun’im) ke Yogyakarta
  • Mesir mendorong agar Liga Arab mengakui kemerdekaan RI (18 Nov 1946)
  • Ditandatanganinya perjanjian persahabatan antara RI (H. Agus Salim) dan Mesir (Fahmi Nokrasyi Pasha) (10 Juni 1947)
  • Menteri LN Mesir dibawah kabinet Ahmad Kasyabah Pasha mengirim nota resmi ke Belanda yang berisi permintaan dari Mesir agar Belanda bersedia menghentikan aksinya di Indonesia
  • Aksi pemboikotan oleh para buruh di pelabuhan Port Said dan Terusan Suez terhadap kapal-kapal Belanda
  • Rapat Umum oleh organisasi dan parpol di Mesir. Pada rapat umum tersebut juga dihadiri Presiden Habib Burguiba dari Tunisia, dan pemipin Maroko Allal Al-Fassi. Resolusi yang dihasilkan dalam rapat tersebut adalah:
  • Pemboikotan barang-barang buatan Belanda, diseluruh Negara NegaraArab
  • Pemutusan hubungan diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda
  • Penutupan pelabuhan dan lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal dan pesawat Belanda
  • Pembentukan perangkatan kesehatan untuk menolong korban Agresi Belanda

Sampai sekarang hubungan Indonesia dengan Mesir masih sangat erat. Makna hubugan kedua negara nampak dalam peristiwa sejarah hingga saat ini yaitu:

  1. Politik

Indonesia dan Mesir mengadakan Konsultasi Bilateral di Kairo pada tanggal 27 Juni 2017. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Dirjen Asia dan Pasifi k, Desra Percaya, sedangkan Asisten Menlu Mesir urusan Asia dan Kepulauan Pasifik, Hani Selim memimpin delegasi Mesir. Selain untuk mereview perkembangan bilateral antar kedua negara di berbagai bidang, pertemuan ini juga membahas berbagai isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, khususnya isu Palestina serta stabilitas dan keamanan kawasan.

Di tengah dinamika kawasan Timur Tengah yang semakin dinamis seperti saat ini, pertemuan bilateral dengan Mesir kali ini merupakan momentum yang sangat penting. Dirjen Desra Percaya menilai Mesir mempunyai posisi yang krusial dan strategis dalam mengawal stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Sehari sebelumnya, telah dilakukan pertemuan teknis persiapan Konsultasi Bilateral yang melibatkan sejumlah Kementerian dan BUMN dari kedua negara. Dari Indonesia hadir perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan PT WIKA. Ada banyak perkembangan dalam hubungan bilateral RI-Mesir selama 6 tahun terakhir yang perlu dikonsolidasikan. RI-Mesir perlu duduk bersama untuk memetakan dan menyepakati langkah peningkatan kerja sama bilateral antar kedua negara di berbagai bidang, terutama perdagangan dan investasi.

  • Disepakati 6 MoU

Sedikitnya terdapat 6 bidang kerja sama yang telah disepakati MoUnya dan akan segera dapat ditandatangani di bidang Pembentukan Sidang Komisi Bersama, pembentukan Joint Trade Committee, Kerja sama Perikanan, Kesehatan, Energi dan Pertahanan. Dalam pertemuan Konsultasi Bilateral, Desra menerangkan bahwa kedua negara sepakat untuk mendorong peningkatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi.

Untuk membuka akses pasar bagi produk ekspor kedua negara, Indonesia dan Mesir sepakat untuk membentuk Joint Feasibility Studies yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) RI-Mesir. Kedua negara merupakan kekuatan ekonomi terbesar di masing-masing kawasan. Indonesia dapat memanfaatkan Mesir sebagai hub untuk mendapatkan akses lebih besar ke Afrika dan Eropa serta Timur Tengah. Sementara Mesir dapat menjadikan Indonesia sebagai hub untuk masuk ke pasar ASEAN.

Terkait kerja sama investasi, Desra menyampaikan bahwa Mesir yang sedang menjalankan berbagai proyek pembangunan infrastruktur guna merealisasikan visi 2030, merupakan target potensial bagi outbound investment Indonesia di bidang konstruksi dan transportasi. Saat ini BUMN Indonesia sedang mendorong PT. WIKA dan PT. INKA untuk menangkap peluang di Mesir. PT. INKA yang ikut dalam kunjungan ke Mesir telah kita pertemukan langsung negara mitra potensialnya di Mesir.

Beberapa persoalan lain yang menjadi perhatian kedua negara juga dibahas dalam pertemuan Konsultasi Bilateral seperti isu-isu kekonsuleran terutama yang menyangkut upaya perlindungan WNI di Mesir. Dalam kaitan ini, Pemri telah sampaikan proposal kepada pihak Mesir untuk menjajaki kembali pembahasan kesepakatan Mandatory Consular Notifi cation (MCN). Sebagai langkah awal, kedua negara sepakat untuk membentuk Tim yang akan melakukan dialog kekonsuleran guna membahas isu-isu yang menjadi perhatian bersama.

Dalam pertemuan, Indonesia sampaikan berbagai perkembangan di Kawasan khususnya pengesahan ASEAN terkait ASEAN Outlook on Indo-Pasifi k dan peran ASEAN di Myanmar serta prioritas Indonesia di DK PBB. Selain itu, kedua negara juga membahas perkembangan proses perdamaian di Palestina. “Saat ini Palestina berada di persimpangan jalan, Indonesia akan terus mendukung solusi dua negara sebagai solusi akhir penyelesaian konfl ik Palestina-Israel”, tutup Desra Percaya.

Hubungan diplomatik antara RI dan Mesir telah terjalin sejak 10 Juni 1947. Mesir merupakan negara Arab pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946. Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional yang penting dan mitra ekspor nomor 26 bagi Indonesia. Pada tahun 2018, total nilai perdagangan RI-Mesir mencapai US$ 1,10 Miliar, dimana Indonesia surplus sebesar US$ 893.808,40. Warga negara Indonesia di Mesir berjumlah 7.991 orang, dimana 6.229 diantaranya adalah Mahasiswa dan 463 Pekerja sektor Informal.